Lebak Kota Pendidikan: Sebuah Harapan
Yudi Juniardi,S.Pd.,M.Pd. Dip.Appling. (*)
Pendahuluan
Ketika Bupati Lebak Mulyadi Jaya Baya, mendeklarasikan Lebak sebagai kota Penddikan banyak sekali respon masyarakat yang beragam ada yang pro dan ada yang kontra. Yang kontra mempertanyakan akan kesiapan Lebak sebagai kota pendidikan mengingat beberapa factor: diantaranya SDM yang kurang menunjang, fasilitas yang relative sederhana dan iklim masyarakat yang kurang menunjang. Namun demikian pernyataan itu adalah wajar dan positif dalam mewujudkan Lebak sebagai ko Pendidikan dan hendaknya dijawab dengan langkah-langkah nyata.
Di bawah kepemimpinan Mulyadi Jayabaya, Lebak memang sering membuat terobosan-terobosan yang luar biasa terkadang loncatannya sangat jauh sekali. Bila melihat beberapa gebrakan setidaknya ada beberapa hal yang membuat orang menarik nafas; Lebak meluncurkan sebagai pembangunan berkualitas, pemberian beasiswa bagi mahasiswa kedokteran asal lebak, beasiswa bagi siswa berprestasi, wajar dikdas dua belas tahun, dan terakhir adalah kota pendidikan. Hemat saya, sebagai orang praktisi pendidkan (penulis), program ini sangat baik sekali dan perlu didorong bersama-sama karena tidak mungkin pembangunan itu akan tercapai bila dilakukan oleh pemerintah daerah semata. Namun demikian tentunya untuk dapat merealisasikan kota pendidikan pemda harus memikirkan perencanaan dan tindakanyang matang sehingga kota pendidikan bukan hanya sekedar slogan tetapi memang nyata diusahakan dan dilakukan oleh Pemda seempat.
Ada beberapa pertanyaa penting berkaitan dengan masalah di atas: pertama Lagkah-langkah apa yang akan dilakukan secara terencana dan matang untuk mencapai kota pendidikan? Indicator apa yang dipakai Lebak untuk melihat kesuksesan sebagai Kota Pendidikan? Apakah sudah dilakukan penelitan awal dan lanjutan dalam mencanangkan Lebak sebagai kota Pendidikan?
Perencanaaan
Dalam mengagas kota pendidikan hendaknya perencanaan atau blueprint program dibuat secara komprehensif yang melibatkan beberapa pihak terkait baik dari pihak pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat, sehingga output dari kegiatan ini akan menghasilkan blueprint/guide line book yang akan dijadikan panduan dan akhirnya apa yang diharapkan oleh pemerintah memang sejalan dan sepikiran dengan masyarakat. Dan pada ujungnya program ini akan menjadi program bersama.
Stake Holder
Peran stake holder dalam merealisasikan kota pendidikan sangat penting sekali karena berbicara pendidikan maka yang akan terlibat di dalamnya adalah masyarakat, pemerintah daerah, akademisi, dan lembaga Swadaya msyarakat yang peduli terhadap masalah pendidikan. Program ini perlu sekali masukan-masukan dari stake holder khususnya professional akademisi yang memang paham secara komprehensif permasalahan pendidikan dan bisa melihat kedepan tantangan dan peluang serta dinamika pendidikan. Dalam prakteknya pemda harus membuat taskforce yang didalamnya melibatkan akademisi perguruan tinggi yang ada di Lebak khususnya dan Banten pada umumnya. Seperti kita ketahui ada beberapa perguruan tingi yang berkiprah di Lebak seperti STKIP SETIABUDHI. STIE Latansa, Akbid Rangkasbitung, Wasilatul Falah, dan beberapa perguruan tinggi lainya. Tentunya melibatkan perguruan tinggi Negeri yang ada di Banten, Untirta yang memiliki ahli dan konsultan pendidikan. Tidak kalah pentingnya peran LSM juga sangat berarti daam kesuksesan program ini, ibarat kendaraan bisa menjadi pelumas yang akan membantu dan memacu percepatan gerak kendaraan.
Prasarana
Agar kota pendidikan tidak hanya sekedar slogan tetapi juga teraktualisasi, maka pemerintah perlu memprioritaska sarana dan prasaran yang mendukung kegiatan pendidikan. Tidak hanya mencukupi fasilitas standar untuk keberlangsungan pendidikan formal tapi juga harus ditunjang dengan prasarana lainnya, seperti taman bacaan yang bisa diakses di beberapa tempat, seperti di Yogyakarta ada tempat rekreatif edukatif seperti taman pintar, perpustakaan dan museum yang menghargai sejarah dan penemuan ilmiah, area hotspot untuk mengakses informasi, taman budaya, gedung olahraga, dan masih banyak lagi.dorongan sarana dan prasarana akan menjadi salah satu indicator keseriusan pemda dalam merealisasikan kota pendidikan dan ini akan tampak pada besarnya alokasi dana pada DIPA pemerintah daerah. Semakin besar anggaran untuk alokasi pendidikan, maka akan terlihat keseriusan pemda untuk menjadi kota pendidikan.
Investasi
Diberikannya peluang dan kemudahan dalam investasi pendidikan. Misalnya pemerintah menyediakan bangunan yang khusus menjadi pusat kegiatan pendidikan. Lembaga bimbingan belajar, toko buku, café edukasi, dsb. Sehingga akan merangsang investor untuk berinvestasi di Lebak. Adalah hal yang luar biasa apabila pemda dapat bekerjasama dengan pihak asing yang akan berinvestasi dalam bidang pendidikan. Misalnya ada pusat budaya Amerika, Prancis, dan lain-lain. Semakin banyak investor yang berkiprah di Lebak maka akan semakin membantu dalam merealisasikan Lebak sebagai kota pedidikan
Lembaga Pendidikan
Sudah saatnya pemda Lebak berpikir untuk memfasilitasi pendidikan dengan membentuk sekolah yang di bentuk oleh pemda sendiri. Seperti di Serang ada Akper Pemda, di Bandung ada Unwim (winayamukti), di Lampung ada Universitas Tulang Bawang (Pemda Tulang Bawang). Bukan tidak mungkin pemda dapat membentuk Universitas Multatuli. Pendirian lembaga ini akan menjadi pencitraan positif tersendiri bagi pemda ketika mendeklarasikan sebagai kota pendidikan. Tentunya lembaga ini dari sisi pemilihan fakultas atau harus mencerminkan kebutuhan masyarakat Lebak. Seperti saat ini di Lebak masih bermasalah dengan pendidikan, kesehatan, dan konservasi sumber daya alam. Ini bisa menjadi bagian penting yang dapat dikembangkan.
Kegiatan bernuansa Pendidikan
Sudah saatnya ketika gaung kota pendidikan di gaungkan maka kegiatan pemda tidak melupakan nuansa-nuansa pendidikan. Budaya literacy harus dikembangan dan di tingkatkan. Hal itu dapat terlihat seberapa banyak budaya menulis dan membaca yang ada pada pemerntah daerah. Seberapa banyak kegiatan workshop dan seminar yang dilakukan pemda dalam meningkatkan pembangunan daerah, seberapa banyak kegiatan lomba dan festival yang mendorong kretaivitas masyaraat dalam pendidikan. Seperti lomba karya tulis ilmiah tahunan, lomba mengarang, lomba sains. Dan sebagainya. Tentunya pemda harus berakselerasi dan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait khususnya departemen pendidikan dan insan pendidikan. Perlu diingat, banyak sekali orang lebak yang punya kepedulian terhadap masalah pendidikan dan bisa diberdayakan secara maksimal.
Sebuah Harapan
Akhirnya apa yang dicanangkan oleh Pemda Lebak harus direspon secara positif. Yakin dan percaya apabila secara serius dijalankan program ini, maka 10 tahun kedepan Lebak madani akan tercipta. Lepas dari buta huruf dan lepas dari kemiskinan serta hidupnya budaya demokratis. Satu hal yang perlu kita catat bahwa kemajuan Negara biasanya dapat dilihat dari nilai human indek yang di dalamnya menyangkut pendidikan. Semakin baik Human Index, maka Negara itu semakin maju dan sejahtera. Begitu juga kemajuan daerah akan terlihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya.
Bila melihat program Lebak sebagai Kota Pendidikan, saya serasa hidup di jaman Penjajahan Belanda dan teringat akan Multatuli yang menulis tentang penderitaan masyarakat lebak, yang akhirnya menjadi simpati dunia dan pada ujungnya dikeluarkan politik balas budi, yang diantaranya adalah memberikan akses pendidikan untuk kaum pribumi. Berharap banyak Lebak madani akan terwujud. Semoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar